If I have money and some days off, I prefer go to somewhere than go home. No, it's not because I don't miss my home and my family. I just want to go somewhere far away from them.
Jadi aku mengambil cuti selama 14 hari pada tanggal 15 Maret kemarin. Aku pulang ke rumah. Untuk menghadiri pernikahan sepupuku. Selebihnya ingin ke Malang, mencari sisa-sisa kenangan. Lalu ingin naik kereta ke Jakarta dari stasiun Malang.
Tapi ya begitulah, manusia boleh berencana.
Hari Senin tanggal 18 Maret aku berangkat ke Malang seorang diri. Aku ingin mengulang kenangan, dan menepati sebuah janji ke Nyanyan. Bukan aku sih sebetulnya yang berjanji. Oh, Nyanyan ya? Perlu aku kenalkan?
Aku kenal dia lewat game. Yah.. game yang sama seperti aku mengenal Gerhana, Kingdom Craft. Nama asli Nyanyan itu Kristian Agustinus. Iya, dia seorang Nasrani yang taat, juga seorang Einstein. Dan wibu hahahaha.
Bagaimana awal perkenalan kami? Yah..seperti yang aku ceritakan tentang game strategi kerajaan Kingdom Craft sebelumnya. Jadi Nyan ini berbeda aliansi denganku. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya aliansi Nyan merger dengan aliansiku. Akan tetapi Nyan masih bertahan di aliansinya yang lama.
Lalu ada seorang player menyapaku, nick-nya Leppet. Dia tanya apa aku masih sekolah, kuliah apa sudah kerja. I sense that he already knew that I'm a woman. Jadi ya aku jawab seadanya, sudah kerja dan alumni UB. Dan dia bilang di aliansinya yang lama ada anak UB juga, nick dia Kiddo saat itu. Ya aku tanpa keraguan, sebagai seniornya aku menyapanya dan mengajak untuk bergabung di aliansiku.
Kami mengobrol banyak sejak perkenalan itu, kita berbicara tentang kuliner Malang, tentang lingkungan kampus sekarang, tentang barisan pepohonan di hutan MIPA yang sudah berganti jadi lahan parkiran, tentang tempat yang bagus untuk menyendiri di Malang, tentang kenapa aku tidak mau menikah dikarenakan tantenya yang seumuranku sudah menikah dan memiliki anak, sedang aku masih terjebak pada dunia game dan kesendirian. Setelah beberapa hari akhirnya dia bergabung dengan aliansiku.
Ya seperti itulah perkenalannya. Hingga ada pembicaraan kalau aku ke Malang agar memberitahunya, karena dia ingin ikut berpetualang. Aku bercerita ke dia ada sebuah tempat budi daya ikan milik Dinas Perikanan Kota Batu yang setiap hari Minggu dibuka untuk umum. Aku pernah ke sana sekali. Entah, saat berada di situ pikiranku yang waktu itu begitu kusut dan menyerah jadi tenang melihat ikan-ikan yang berebut makanan saat aku menabur pakan ikan ke mereka. Itu yang aku sebut sebagai tempat bagus untuk menyendiri hahahaha.
Aku pergi ke Malang naik bus kota dari terminal Purabaya. Biasanya aku turun di terminal Arjosari, tapi kemarin istimewa. Aku turun di depan kantor Taspen, karena dijemput Nyanyan. Uhuy cuit cuit. Sebenarnya ingin langsung pergi ke Selatan Malang, bertemu pantai. Tapi dikarenakan perut lapar yang sudah tidak bisa dikondisikan, akhirnya mampir makan dulu di Kirin. Yak! Tempat makan ala ala Korea paling favorit karena harganya cocok dengan kantong mahasiswa. Dulu sering banget makan di sini. Rumornya sih tidak seenak dulu, dan ternyata iya hahahaha. Katanya sih karena sudah nggak pake gochujang asli korea.
Ada hal yang sedikit membuatku tertegun saat dijemput Nyanyan. Bukan, bukan karena dia datang dengan mengendarai mobil BMW atau kereta kencana. Dia naik motor matic. Apa yang membuatku tertegun adalah cara dia mengenaliku. Memang, beberapa kali aku memasang foto asli sebagai profile picture di WhatsApp meski untuk dalam jangka waktu yang pendek. Dan aku yakin Nyanyan berbeda dengan Gerhana yang suka ngecekin foto profil di grup WA Kingdom Craft, Nyanyan pasti enggak. Aku pun tidak tahu seperti apa muka Nyanyan.
Jadi saat aku menunggu di depan gedung Taspen, ada beberapa wanita juga yang sedang menunggu, kami tidak berkumpul, ya karena memang tidak saling kenal. Kami berdiri berjauhan, ada yang duduk juga sih. Aku memakai celana jins hitam, jaket jins biru muda, masker abu-abu, kaca mata minusku dan bucket hat hitam. Tiba-tiba seorang laki-laki naik motor matic Vario, berjaket warna biru tua, ber-helm, berhenti di depanku dan menyodorkan helm lainnya ke aku. Khawatir tukang ojek salah ambil penumpang, jadi aku pastikan dulu.
"Nyanyan?" tanyaku.
"Iya." jawabnya sambil senyum dan masih tetap nyodorin helm.
Helm aku ambil, bucket hat aku lepas lalu memasang helm di kepalaku. "Kok tau ini aku?"
"Ya taulah. Tuh liat, Mbak Lini beda sendiri." katanya sambil nujuk sekitarku.
Aku pun menoleh, dan ya... semua perempuan yang menunggu itu sama semua. Mereka mengenakan jaket atau kemeja panjang, dan kerudung di kepalanya. Aku cuma tersenyum lalu naik ke boncengannya. Berbeda.. Membuatku teringat jawaban seorang lelaki di masa lalu yang mengaku menyukaiku. Ketika aku tanya kenapa menyukaiku, dia menjawab "Karena kamu beda sama cewek lainnya, Lin". Sungguh, dulu setelah putus darinya aku menganggap bahwa alasannya itu cuma omong kosong belaka. Ternyata aku memang berbeda.
Perut kenyang, mendung pun datang. Arah selatan nampak gelap, sudah pasti diguyur hujan. Bertemu pantai dibatalkan. Jadinya sih pergi ke kampung warna-warni Jodipan, ngelewatin jembatan kaca. Bener-bener ngga ada tujuan manu kemana, di selatan mendung gelap, arah ke Batu juga gelap.
Terus akhirnya Nyanyan ngajak ke tempat dia biasanya menyendiri pas dia lagi kusut. Sebuah taman bermain di sebuah komplek perumahan di daerah Dieng. Ada dua buah ayunan, satu perosotan dan komidi putar. Lalu datang dua orang mbak mbak ART dan seorang bapak bapak nemenin main dua orang balita, laki dan perempuan, Chinese. Di sini ngga ada pembicaraan yang serius sih. Tapi memang tempatnya oke. Nanti kalo datang ke Malang lagi pasti kesini lagi bawa sketch book.
Yah setelah main ayunan bentar dan motoin pepohonan hijau, akhirnya kita memutuskan pergi ke Paralayang karena nampaknya sudah nggak mendung. Sama Nyanyan dilewatin jalan tembusan ngelewatin BNS sama Batu Secret Zoo. Dan, udara Batu itu dingin. Apalagi habis hujan. Aku cuma pakai kaos dan jaket jeans aja huhu. Di Paralayang aku mengobrol banyak dengan Nyanyan. Tapi lupa apa aja hahaha. Karena pikiranku ada di tempat lain, masih ada nggak ya coretan tangan jahilmu di sebuah bangku di Coban Rondo saat kita mendapati dua sejoli di bawah kita sedang bermesraan?
Sepulang dari Paralayang kehujanan. Aku sih ngga masalah kehujanan, toh cuma hujan air bukan hujan batu dari neraka (naudzubillah). Dan lagi lagi perut lapar hahahaha. Memang ya, cuaca dingin itu bikin perut kita lapar terus. Dan aku memutuskan kita makan di nasi goreng Mblebes dekat kost-an ku dulu. Nasi goreng terenak se-Malang Raya. Mungkin se-Indonesia. Karena rasanya beda dari yang lain, dan bisa request mau pedas atau tidak. Itu di jalan Kerto Raharjo. Waktu masih jadi anak kost-an sering banget kongsi sama Dita, 1 mie goreng dan 1 nasi goreng dimakan berdua. Jadi kangen KR72A.
Setelah makan aku diantar ke penginapan yang sudah aku sewa di daerah Suhat. Nama penginapannya, Grand Kadaka Guest House. Murah meriah, kemarin per-malam harganya di bawah 100k. Sekitar 80k pakai Traveloka. Fasilitas lengkap minus sarapan pagi. Ada TV, shower air hangat, bisa bikin minuman hangat sendiri. Penginapan semi kost-kost-an. Terus ada yang lucu, pas mau check-in itu tempat nggak ada yang jaga. Cuma ada note yang ditinggalkan oleh si penjaga, begini bunyinya,
Kocak kan? Nyanyan sudah pergi yaudah deh nunggu di ruang tunggu aja jadinya.
Hari kedua di Malang. Agendaku hari ini mau nonton di bioskop, nonton Dilan 1991. Pagi hari setelah mandi, aku keluar jalan kaki menuju depan gang, ke jalan raya. Di seberang ada Indomaret, aku pun masuk kesana. Membeli dua kotak susu Ultra coklat ukuran sedang, sari roti dan steamed cheesecake dan sebungkus rokok LA Lights dan juga korek api. Aku duduk di pinggiran jendela kamarku dari luar. Memakan roti, minum susu dan menghisap beberapa batang rokok yang kubeli sambil memandangi langit pagi dan beberapa burung yang berterbangan kesana kemari. Aku tenang, aku bahagia.
Nyanyan nggak bisa nemenin karena mau bimbingan skripsi. Ya sudah aku pergi ke Matos sendirian diantar abang ojol. Long time no see, Matos!! Kemarin nonton yang Dilan 1990 di hape, senyum senyum sendiri nontonnya. Katanya yang Dilan 1991 agak menyesakkan, ngga apa-apa. Kita nekat saja menonton sendiri.
Yak! Seperti sudah bisa aku duga, ketika scene-scene terakhir saat Dilan mulai menghilang dan menjalani hidup masing-masing, tangisku pecah. Saat Milea mengejar sosok yang mirip Dilan di stasiun pun, entah.. Rasanya pertahananku juga hancur. Ketika film selesai, ketika penonton lainnya masih sibuk mengemasi bawaan mereka, aku langsung lari ke toilet bioskop. Duduk di kloset, dan menangis sendirian seperti orang bodoh. Aku benci perpisahan, Radit. Semuanya masih tentang kamu. Apa kamu bahagia sekarang ini?
Setelah emosiku stabil, aku keluar dari bioskop dengan perasaan kelabu. Di luar hujan, tapi aku malah beli Chatime pakai es. Nyanyan mengirim WA tanya aku di mana karena bimbingannya sudah selesai. Dia akan menyusul ke Matos. Aku menunggu di pagar teralis bagian depan Matos menikmati hujan dan kendaraan yang lalu lalang di bawah, dan Chatime Ice Green Tea Latte. Aku perlu yang dingin untuk menyadarkan perasaanku. Tapi rasanya makin terasa sendu dan dingin.
Nggak lama Nyanyan datang dengan menggigil. Aku jadi merasa bersalah karena memberinya minuman dingin hahaha. Karena masih hujan, akhirnya kami memutuskan untuk jalan-jalan ke MX yang sudah disulap menjadi Transmart. We did nothing, just playing the games (dulu cuma ada Time Zone atau Zone 2000). Was I happy? I don't know. My mind still wandering around in the past. K-Patats, Air Mata Kucing, Bakso Gun, Gathering K-Pop, Flashmob Oppa Gangnam Style, Gravity, tersesat di Batu malam-malam, wisuda, kata perpisahan, pesan terakhir. Aku di Malang sekarang, kamu di mana?
Setelah menukar tiket hasil bermain dengan sebiji bolpoin yang bentuknya mengingatkanku dengan lightstick BAP, kami pergi makan di Sop Ayam Pak Min karena cocok sekali dengan cuaca yang seharian hujan ini. Selesai makan pun masih hujan, setelah agak reda Nyanyan mengantarku kembali ke persinggahanku di Suhat. Nyanyan nggak langsung pulang. Aku nggak ngerti, mungkin karena masih jam delapan malam dan masih hujan deras di luar. Jadi dia duduk-duduk di tempat ruang tunggu. Tumben Mbak penjaga stand by, lalu menawari untuk bikin teh anget karena kami berdua kayak kucing kedinginan. Ya aku buatkan teh panas buat Nyanyan, aku enggak.
Teh Nyanyan habis, hujan sudah reda, lalu dia mengajak ke warung STMJ. Oh, aku ok saja karena sudah lama sekali tidak meminum STMJ dengan susu sapi asli (karena di Tarakan pakai susu kental manis T.T). Dulu sewaktu masih jadi mahasiswa, kalau mau minum STMJ ya di Pulosari. Tapi Nyanyan membawaku ke tempat lain, di daerah Jalan Tengkawang? Aduh lupa.
Malamnya setelah Nyanyan pulang, orang rumah mengirim WA, "Nggak pulang tah? Kerasan tah?". Dan aku kembali sedih. Tidak bisakah aku menikmati waktu sendiri, mencari penghiburanku sendiri. Selama bekerja di Tarakan yang aku lakukan hanya kerja lalu pulang ke rumah. Tidak kemana-mana. Yah meski beberapa kali teman-teman mengajakku keluar. Tapi tidak bisakah aku membayar rinduku atas Kota ini sebentar saja?
Besok paginya aku pulang ke rumah naik kereta. Dan bila diingat-ingat, tak satupun tempat dari masa lalu yang pernah aku kunjungi dengannya, aku kunjungi kemarin? Semuanya tempat baru. Kenapa? Kenapa?
nb: Sudah 1 tahun berlalu dan baru sekarang sempat terselesaikan hahaha. Aku mau melanjutkan novel yang aku tulis tapi flashdisku entah kemana :') jadi melanjutkan menulis ini saja. Makasih Nyanyan atas waktu dan tumpangannya.